RSS

Pengin Tetap Bekerja, Jangan Vokal!

Idealisme Tasban ketika menjadi mahasiswa ternyata masih berbekas saat ia masuk dunia kerja. Pernah sahabatnya Koncer menyampaikan pesan bahwa idealisme saat kuliah kadang tak berlaku manakala kita masuk ke dalam sebuah sistem dalam dunia nyata, dunia pekerjaan.
Pagi itu hari Sabtu, guru-guru di yayasan tempat Tasban Koncer bekerja dikumpulkan untuk mengikuti pembinaan dari ketua yayasan. Ini adalah kali pertama Tasban mengikuti pembinaan dari yayasan. Ada beberapa poin yang disampaikan oleh ketua yayasa melalui rangkaian petuahnya:

  • Kerja di sini harus ikhlas. 
  • Jangan banyak menuntut. 
  • Tugas guru adalah mengajar
  • Bekerjalah dengan sebaik-baiknya
  • Taatlah kepada aturan yayasan
Tasban mengangguk membenarkan apa yang dipesankan oleh ketua yayasan. Hingga pada suatu ketika terjadilah sesi tanya jawab antara para guru dengan ketua yayasan. Tak banyak guru yang melakukan diskusi, hanya beberapa gelintir saja guru yang berani vokal mengkritisi apa yang disampaikan dan berani menyampaiakn apa yang dirasakan. Mulai dari kebijakan aturan yayasa yang tak menetu, selalu berubah-ubah bahkan kadang tak sesuai dengan aturan pokok dalam AD/ ART yayasan.Maka tibalah ketua yayasan menyampaikan hak jawabnya ...


"Yayasan is the owner. Anda di sini adalah tamu. Maka selayaknyalah tamu harus menghormati dan menaati aturan apapun yang ditetapkan oleh tuan rumah. Jika tamu tak mau menaati aturan tuan rumah maka kami berhak mengusir tamu tersebut". Seluruh guru hanya bisa terdiam. tak berani lagi bersuara. Hanya Tasban saja yang agaknya kurang sreg dengan jawaban Ketua Yayasan.

"Maaf Pak, perkenalkan nama saya Tasban. Guru kontrak sekitar 10 bulan yang lalu. Memang benar pak, yayasan adalah pemilik tunggal dari institusi pendidikan ini, namun alangkah lebih baik jika yayasan memposisikan kami bukan sebagai tamu, tetapi sebagai partner. Institusi ini membutuhkan kami sebagai profesional di bidang pendidikan untuk menjalankan ..maaf...bisnis Bapak, dan kami pun tidak menutup mata membutuhkan gaji untuk biaya hidup kami dari pengelolaan institusi ini. Dengan demikian kita adalah partner yang saling bekerjasama saling menguntungkan. Masalah ikhlas adalah masalah hati kami pak. Kami sadar bahwa keikhlasan dalam setiap tindakan akan menghasilkan sesuatu keberkahan. Saya yakin kok, teman-teman di sini sudah mengerti betul makna dari keikhlasan itu bagi diri mereka" ungkap Tasban berapi-api. 

Koncer sahabatnya hanya diam saja. Diamnya Koncer membenarkan apa yang disampaikan Tasban, hanya Koncer menyadari bahwa ia bukanlah orator ulung yang hanya bisa mengkritisi melalui tulisan saat kuliah. Berbeda dengan Tasban yang biasa menjadi korlap demonstrasi saat kuliah dulu.
Ketua Yayasan terhenyak dengan pernyataan Tasban yang panjang lebar.

"Maaf Pak, siapa tadi nama Anda? Biar saya catat masukan Anda untuk perbaikan manajemen kami"jawab Ketua Yayasan demokratis.

---- Usai rapat pembinaan tersebut Tasban menyadari bahwa dirinya menjadi buah bibir di antara teman-teman lainnya yang lebih senior di sana.

"Mas Tasban....Anda itu kewanen*"kata Pak Traju, salah seorang senior pengampu mata pelajaran IPA

"Kewanen bagaimana pak? Saya hanya menyampaikan apa yang saya pikir dan rasakan untuk kemajuan institusi ini juga khan? Bukankah beliau sudah membuka kesempatan untuk berdiskusi?"jawab Tasban

"Mas Tasban, kalau pengin tetap bekerja di sini, jangan vokal"

"Lho...nggak bisa dong pak. masak sih kita hanya bisa nggremeng* saja jika ada masalah? Kalau bapak ada masalah apakah hanya akan diam saja?"

"Ya..gimana lagi Mas Tasban. Jika kita vokal bisa jadi kita dikeluarkan dari yayasan. Umur kita sudah tua, mana lagi ada tempat yang mau menerima kami jika kami dikeluarkan?. Dasar anak muda!"jawab Pak Traji sambil berlalu meninggalkan Tasban.

Tasban hanya geleng-geleng saja mendengar jawaban Pak Traju.

"Ban..Ban...ingat, Yayasan is the owner! Hati-hati" kata Koncer mengingatkan

*kewanen = terlalu berani

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar