RSS

Mainanku Dirampas Guruku

Kenang, murid kelas 3 SD Pak Guru Tasban menangis tersedu sambil berjalan meninggalkan ruang guru. Kebetulan Tasban yang mau masuk ke ruang guru berpapasan dengan Kenang. 

"Ada apa Nang?"tanya Tasban

"Huuu..uuuu....mainanku dirampas Ibu Srintil" jawab Kenang disela-sela isak tangisnya.

"Apakah kamu tadi mainan saat jam pelajaran?"tanya Tasban lagi

"Nggak Pak, aku mainan saat jam istirahat kok" bela Kenang sambil berlalu meninggalkan Tasban.
Tasban pun masuk ke ruang guru. Ia melihat Ibu Srintil sedang sibuk mencatat catatan "pelanggaran" yang baru saja dilakukan oleh Kenang.

"Wah, sibuk bu Srintil?" tanya Tasban

"Iya pak. Itu lho si Kenang bawa mainan ke sekolah" jawab Ibu Srintil

"Lho khan nggak apa-apa khan bu. Selama ia tidak memainkannya saat pembelajaran berlangsung" kata Tasban

"Nggak boleh Pak, Satu, aturannya khan murid tidak boleh membawa mainan ke sekolah. Kedua, jika anak membawa mainan ke sekolah baik dimainkan saat pelajaran maupun istirahat maka akan mengganggu konsentrasi belajarnya, apalagi saat ujian berlangsung. tiga, Ttk hbs!" jawab Bu Srintil dengan ketus.

"Ya udah. TTK HBS, KBR AJ" kata Tasban

"Apa tuh Pak, KBR AJ?" tanya Bu Srintil

"Kabur aja....hahahahaha..." jawab Tasban sambil berlalu meninggalkan bu Srintil di ruang guru., kemana lagi kalau bukan menemui Koncer sahabatanya.

Rupa-rupanya Koncer ada di perpustakaan, kegiatannya setiap hari manakala ia tak mengajar.

"Kon, aku gemes lho sama Bu Srintil"

"Bayangkan saja, masak sih, ada anak bermain dengan mainan yang dibawanya dari rumah saat jam istirahat dirampas juga? kasihan dong. Murid jadinya malah nangis dan kalau sudah menangis maka hatinya pasti gundah meninggalkan bekas luka karena mainannya dirampas. Bukankah dengan demikian anak justru akan kehilangan konsentrasi dan motivasinya? Aneh..." cerocos Tasban.
Koncer sahabatnya hanya melirik saja seraya mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan Tasban.

"Nih...baca" jawab Koncer sambil menyerahkan buku berjudul Menemukan sekolah yang membebaskan. Setelah itu Koncer pergi meninggalkan Tasban yang masih terbengong-bengong dengan jawaban lugas nan singkat dari sahabatnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pengin Tetap Bekerja, Jangan Vokal!

Idealisme Tasban ketika menjadi mahasiswa ternyata masih berbekas saat ia masuk dunia kerja. Pernah sahabatnya Koncer menyampaikan pesan bahwa idealisme saat kuliah kadang tak berlaku manakala kita masuk ke dalam sebuah sistem dalam dunia nyata, dunia pekerjaan.
Pagi itu hari Sabtu, guru-guru di yayasan tempat Tasban Koncer bekerja dikumpulkan untuk mengikuti pembinaan dari ketua yayasan. Ini adalah kali pertama Tasban mengikuti pembinaan dari yayasan. Ada beberapa poin yang disampaikan oleh ketua yayasa melalui rangkaian petuahnya:

  • Kerja di sini harus ikhlas. 
  • Jangan banyak menuntut. 
  • Tugas guru adalah mengajar
  • Bekerjalah dengan sebaik-baiknya
  • Taatlah kepada aturan yayasan
Tasban mengangguk membenarkan apa yang dipesankan oleh ketua yayasan. Hingga pada suatu ketika terjadilah sesi tanya jawab antara para guru dengan ketua yayasan. Tak banyak guru yang melakukan diskusi, hanya beberapa gelintir saja guru yang berani vokal mengkritisi apa yang disampaikan dan berani menyampaiakn apa yang dirasakan. Mulai dari kebijakan aturan yayasa yang tak menetu, selalu berubah-ubah bahkan kadang tak sesuai dengan aturan pokok dalam AD/ ART yayasan.Maka tibalah ketua yayasan menyampaikan hak jawabnya ...


"Yayasan is the owner. Anda di sini adalah tamu. Maka selayaknyalah tamu harus menghormati dan menaati aturan apapun yang ditetapkan oleh tuan rumah. Jika tamu tak mau menaati aturan tuan rumah maka kami berhak mengusir tamu tersebut". Seluruh guru hanya bisa terdiam. tak berani lagi bersuara. Hanya Tasban saja yang agaknya kurang sreg dengan jawaban Ketua Yayasan.

"Maaf Pak, perkenalkan nama saya Tasban. Guru kontrak sekitar 10 bulan yang lalu. Memang benar pak, yayasan adalah pemilik tunggal dari institusi pendidikan ini, namun alangkah lebih baik jika yayasan memposisikan kami bukan sebagai tamu, tetapi sebagai partner. Institusi ini membutuhkan kami sebagai profesional di bidang pendidikan untuk menjalankan ..maaf...bisnis Bapak, dan kami pun tidak menutup mata membutuhkan gaji untuk biaya hidup kami dari pengelolaan institusi ini. Dengan demikian kita adalah partner yang saling bekerjasama saling menguntungkan. Masalah ikhlas adalah masalah hati kami pak. Kami sadar bahwa keikhlasan dalam setiap tindakan akan menghasilkan sesuatu keberkahan. Saya yakin kok, teman-teman di sini sudah mengerti betul makna dari keikhlasan itu bagi diri mereka" ungkap Tasban berapi-api. 

Koncer sahabatnya hanya diam saja. Diamnya Koncer membenarkan apa yang disampaikan Tasban, hanya Koncer menyadari bahwa ia bukanlah orator ulung yang hanya bisa mengkritisi melalui tulisan saat kuliah. Berbeda dengan Tasban yang biasa menjadi korlap demonstrasi saat kuliah dulu.
Ketua Yayasan terhenyak dengan pernyataan Tasban yang panjang lebar.

"Maaf Pak, siapa tadi nama Anda? Biar saya catat masukan Anda untuk perbaikan manajemen kami"jawab Ketua Yayasan demokratis.

---- Usai rapat pembinaan tersebut Tasban menyadari bahwa dirinya menjadi buah bibir di antara teman-teman lainnya yang lebih senior di sana.

"Mas Tasban....Anda itu kewanen*"kata Pak Traju, salah seorang senior pengampu mata pelajaran IPA

"Kewanen bagaimana pak? Saya hanya menyampaikan apa yang saya pikir dan rasakan untuk kemajuan institusi ini juga khan? Bukankah beliau sudah membuka kesempatan untuk berdiskusi?"jawab Tasban

"Mas Tasban, kalau pengin tetap bekerja di sini, jangan vokal"

"Lho...nggak bisa dong pak. masak sih kita hanya bisa nggremeng* saja jika ada masalah? Kalau bapak ada masalah apakah hanya akan diam saja?"

"Ya..gimana lagi Mas Tasban. Jika kita vokal bisa jadi kita dikeluarkan dari yayasan. Umur kita sudah tua, mana lagi ada tempat yang mau menerima kami jika kami dikeluarkan?. Dasar anak muda!"jawab Pak Traji sambil berlalu meninggalkan Tasban.

Tasban hanya geleng-geleng saja mendengar jawaban Pak Traju.

"Ban..Ban...ingat, Yayasan is the owner! Hati-hati" kata Koncer mengingatkan

*kewanen = terlalu berani

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Nemu Duit Limangewu

"Kon, pulang yuk mudik. Sabtu malam minggu naik motor ke Pekalongan"kata Tasban mengajak Koncer sahabatnya pulamg ke kampung halaman mereka.

"Ayo aja. Ntar sore kamu nyamperin aku ya. Pake motormu saja, bensin kita* patungan"jawab Koncer.
Singkat cerita mereka berdua melakukan perjalanan menuju kampung halaman dengan motor butut kesayangan Tasban. Dua jam perjalanan mereka sampai di Gringsing, Batang. Tasban memutuskan untuk beristirahat di masjid sedari shalat dhuhur yang terlewatkan oleh mereka.

"Ciitttt....sreeekkkk!!!!" tiba-tiba Tasban menginjak pedal rem motor bututnya.

"Ada apa Ban?"tanya Koncer. Tasban tak menjawab, ia menundukkan badannya mengambil sesuatu di tempat motor bututnya berhenti.

"Nemu duit limangewu, Kon. Lumayan nggo ngopi" jawab Tasban memungut uang lima ribu dari atas tanah.

"Ban... Ban. Sama uang aja awasnya minta maaf"
20 menit beristirahat, 4 rakaat shalat Dhuhur telah diselesaikan secara berjamaah dan secangkir kopi telah dihabiskan oleh Tasban. Mereka pun melanjutkan perjalanan, melewati alas Roban, banyuputih, subah dan .....
"Bezzzzz...."suara berdesis terdengar dari arah ban belakang motor butut Tasban.

"Astaghfirullah...bocor Kon.Turun gih! kita cari tambal ban" kata Tasban menyadari ban belakangnya ternyata bocor. Perjalanan mencari tukang tambal ban lumayan jauh, keletihan menuntun motor butut tersebut tak dirasa oleh mereka tergantikan oleh bau durian yang digantung di los-los buah di pinggir jalan di Tulis, Batang.

"Alhamdulillah, nemu juga tukang tambal ban. Pak!!! nuwunsewu, badhe nambal" sapa Tasban kepada tukang tambal ban yang terlelap tidur menanti calon pemakai jasanya datang. ( Bc: permisi, mau menambal)
Sigap dan tanggap, tanpa banyak bicara tukang tambal ban langsung bertindak mengatasi masalah Tasban.
Tak lebih dari 10 menit, tukang tambal ban tersebut berhasil menyelesaikan aksi nan heroiknya.

"Pinten Pak?" tanya Tasban menanyakan ongkos pengganti kerimngat yang dikeluarkan oleh jasa tukang tambal ban tersebut. (Bc: Berapa pak? )

"Limangewu Mas" kata tukang tambal ban memberikan tarif lima ribu rupiah.

"Hahahahaha...pas banget Kon. Nemu duit limangewu, ternyata buat nambal ban. Tuhan memang maha Adil, tahu betul apa yang akan terjadi pada makhluk-Nya"

"Hahahahaha....justru harusnya kamu nggak ngambil uang lima ribu itu Ban"

"Lho kok bisa Kon?"

"Mungkin saja 5 ribu itu bukan rejeki kamu, tetapi punya orang lain yang kamu ambil. Tak salah jika akhirnya pun uang lima ribu itu akhirnya diberikan untuk orang lain juga tho...ya..tukang tambal ban ini"

"hahahahahahaha....." mereka pun tertawa lepas menyadari kebodohan mereka berdua.
...............................
...............................
...............................
...............................
...............................
"Mas...mas...lha mbayare pundhi mas? siyos mbayar tho" Tukang tambal ban hanya terbengong-bengong salah tingkah melihat olah mereka. ( Bc: Mas...mas...bayarannya mana? jadi membayar khan? )



*Patungan = iuran

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Warung Mbah Galak

Tidak ada yang istimewa dari warung mbah galak baik dari segi menu maupun harga relatif sama dengan warung lainnya. Lain halnya dengan Tasban dan Koncer, warung ini telah menjadi markas kedua setelah mereka pulang kerja. Secangkir kopi panas dan tahu asin menjadi pilihan favorit Tasban, tetapi itu adalah hal biasa. Warung Mbah Galak menjadi begitu istimewa bagi mereka berdua karena tempat tersebut sangat nyaman bagi mereka untuk melakukan diskusi-diskusi, ngobrol ngalor-ngidul membicarakan apa yang mereka alami dalam keseharian. Tak jarang Tasban membawa pekerjaanya dan dikerjakan di warung tersebut manakala Koncer tak datang menemaninya.

Ya, Warung Mbah Galak.
Warung dengan penjual seorang nenek-nenek yang galaknya minta ampun. Sebenarnya bukan galak dalam artu sesunguhnya, namun karena uzurnya sehingga perlu suara yang lebih keras dala melayani pelanggannya. Tidak tahu kenapa mereka dapat lebih leluasa berdiskusi dengan suasana santai daripada harus rapat di ruangan ber-ac di kantor. Dari suasana santai nan penuh kekeluargaan inilah semua duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Tak ada batasan antara senior dan yunior, guru tua atau pun guru muda. Mau misuh, mau menertawakan kebodohan masing-masing semua tak ada yang merasa tersinggung. Ya, itu karena semua merasakan atmosfir kekeluargaan.

Teman-teman mereka begitu heran dengan kabar keberadaan markas kedua Tasban dan Koncer ini. Penasaran ini hingga sampai pada guyonan dan sentilan-sentilan di rapat.
Yap, seandainya rapat dan koordinasi dilakukan dalam suasana penuh kekeluargaan, jauh dari birokrasi siapa pimpinan dan siapa anak buah, barangkali sedikit percikan yang akan timbul di dalam diskusi tersebut.Tidak ada kursi yang berhadapan untuk sekadar membedakan siapa pembicara dan siapa pendengar. Warung Mbah Galak menyediakan ancikan sama panjang. Batas diantara masing-masing orang yang berada di sana adalah toleransi bahwa semua bisa duduk bersama sambil menikmati secangkir kopi panas.

Misuh = Memaki-maki
Ancikan = Kursi kayu memanjang

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tasban dan Hobinya

Tasban memiliki hobi membaca. Membaca menjadi salah satu menu yang harus ia penuhi setiap hari sebagai kebutuhan pokok. Barangkali jika dulu saat ia kelas 2 sang Ayah tidak menggodoknya sampai matang, sampai saat ini ia tak akan suka dengan kegiatan membaca. Selepas wisuda orangtuanya hanya bisa mengelus dada melihat Tasban pulang dengan membawa banyak kardus yang berisi buku-buku bekas dari Pasar Johar Semarang. Ya, beasiswa yang ia dapatkan sejak semester 3, sebagian besar ia belanjakan untuk berburu buku-buku bekas di pasar. Keberadaanya "nyenuk" di toko loak tersebut bisa sampai satu hari penuh walaupun dengan hasil hanya satu buku saja. Tak heran jika beberapa pedagang di sana hafal betul dengan Tasban. Pedagang yang tidak kenal atau baru kenal dengan Tasban mungkin sudah mengusirnya karena terlalu lama "nyenuk" di kios mereka.

Buku yang menjadi perhatiannya adalah tentang pendidikan, biografi tokoh, agama, serta komputer. Setiap mendapatkan buku-buku tua yang langka ia begitu senang dan gembira terlebih buku-buku yang ditulis oleh Ir. Soekarno. Kebiasaan membaca ini terus berlanjut saat ia menjadi guru. Yap, bagaimanapun sebagai seorang guru yang tak jauh dari dunia ilmu pengetahuan, membaca merupakan kebutuhan pokok.

"Ban, ngapain sih kamu membaca? tanya Koncer pada suatu ketika manakala Tasban asyik dengan buku bacaannya sedangkan Koncer yang mengoceh sedari tadi tak dihiraukannya.
Tasban hanya diam saja dan masih asyik dengan kegiatan membacanya. Koncer tak habis ide, ia pun kembali melancarkan serangan yang kedua kalinya.

"Ban, buku yang kamu baca isinya tentang apa sih?"tanya Koncer.  Mendengar pertanyaan kedua Koncer, Tasban menutup bukunya.Ia memandang dalam sahabatnya Koncer.

"Koncer temanku yang baik hati, jujur dan dapat dipercaya. Plis dong ah, jangan kau ganggu aku yang saat ini sedang menimba ilmu baru. Ilmu tentang cara mengajar yang asyik sehingga aku bisa menjadi guru yang disukai serta anak-anak pun senang belajar" jawab Tasban ketus. Koncer tajk sedikitpun tersinggung dengan nada Tasban. Ia memahami betul karakter sahabatnya itu.

"Oo...kamu sedang belajar tho? Bagus lah. memang itulah yang seharusnya dilakukan oleh guru. Senantiasa belajar hal-hal baru. Entah membaca atau pun berdiskusi. Aku doakan semoga kamu menjadi guru yang selalu uptodate Ban"

"uptodate? apa maksudnya Kon?" tanya Tasban

"Ya, guru itu harus uptodate. harus bisa terus mengikuti perkembangan jaman. Salah satu usaha untuk itu ya dengan membaca. Coba apakah kamu pernah mendapatkan metode mengajar seperti yang diajarkan di buku itu saat kita kuliah dulu?"

"Jujur ya, isi buku ini dahsyat. Metode mengajar yang diajarkan di sini belum pernah aku dapatkan saat kita kuliah dan aku begitu semangat untuk menerapkan isi buku ini"

"Nah, itulah efek membaca bagi guru. Mereka akan mendapatkan hal baru untuk peningkatan profesinya"

"Jadi guru itu harus punya kebiasaan membaca dong Kon?

"Ya..harus dong. Membaca bagi guru itu merupakan kebutuhan."

"Kalau guru nggak punya hobi membaca, gimana Kon? Guru juga manusia yang berbeda hobinya dong. Masak dipaksa harus membaca? Nggak demokratis banget nih" protes Tasban

"Masak, guru selalu menuntut muridnya untuk selalu membaca sedangkan ia sendiri nggak mau membaca, gimana sih Ban! Lebih nggak demokratis banget nih" jawab Koncer

"Hahahahahaha....." seperti biasanya, keduanya tertawa gembira menertawakan diri mereka merasakan hidupnya sebagai guru.

*nyenuk = berada dalam waktu yang lama di satu tempat

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ijazah Oh Ijazah

Tasban dan Koncer akhirnya diterima di salah satu sekolah swasta di kota Semarang. Mereka berdua kini tinggal menandatangani kontrak kerja karena memang status mereka sebagai guru kontrak. Sejak pemerintah menerapkan guru kontrak di sekolah-sekolah negeri, yayasan pendidikan tempat mereka bekerja juga ikut-ikutan latah dengan sistem kontrak. Mereka berdua pagi itu harus menghadap kepala bagian personalia untuk membicarakan segala hal berkenaan dengan kontrak kerja.

"Saudara Tasban, selamat kepada Anda karena telah menjadi satu yang terbaik menurut kami dari sekian ratuis pelamar. Tak mudah masuk ke sini bukan? Oleh karena itu berbanggalah Anda telah menjadi pemenang,"kata pria yang bertubuh tambun. Ia adalah kepala bagian personalia yayasan tempat Tasban dan Koncer mau bekerja.

"Terimakasih Pak. Saya hanya berikhiar saja. Jika memang saya diterima di sini itu tak lain karena pertolongan Allah jua. Allah pasti punya rencana dengan meloloskan saya masuk ke institusi ini,"jawab Tasban.

"Baiklah saudara-saudara, sebagai pegawai di yayasan ini, Saudara harus menaati aturan yang berlaku"kata pria tersebut

"Salah satu aturan yang ada yakni, ijazah saudara harus dititipkan kepada kami sebagai bukti loyalitas saudara"lanjut pria tersebut.

"Maaf,Pak. apa hubungannya ijazah dengan loyalitas?"tanya Tasban heran.

"Ya, agar kami mendapat jaminan bahwa Anda tidak mendaftar PNS atau nyabang bekerja di tempat lain"jawab kabag personalia. Tasban hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban lugas nan tuntas tetapi baginya nggak logis. Koncer hanya senyam-senyum melihat polah sahabatnya.

20 menit berada di ruang kabag personalia Tasban dan Koncer pun undur diri. Tasban saat itu belum memberikan ijazahnya karena surat perjanjian kontrak kerjanya pun belun ada tandatangan resmi dari ketua yayasan. Kesepakatanpun diputuskan oleh kedua belah pihak. Tasban akan mengumpulkan ijazah bilamana surat perjanjian kontrak kerja tersebut telah dibubuhi tanda tangan dan cap resmi yayasan.

"Aneh Kon, aku nggak habis pikir, apa hubungan menitipkan ijazah dengan loyalitas kepada sekolah ya? Tokh kita ini kan guru kontrak yang telah diikat dalam perjanjian masa kerja dalam surat itu" kata Tasban pada Koncer di sebuah warung makan.

"Jelas ada hubungannya dong Ban. Lha kalau untuk mendaftar PNS itu khan harus ada fotocopy  ijazah resmi khan? Nah, jika mau legalisir ijazah itu khan harus menunjukkan ijazah asli tho?"Jawabn Koncer

"Aneh Kon. Masak sih mereka nggak percaya sama kita, makhluk manis ciptaan Tuhan yang patut dilestarikan"

"Ya...lain lubuk lain ikannya. Lain ladang lain belalang, lain pula aturannya, Ban. Kadang aku juga berpikir bahwa setiap warga negara berhak memperoleh penghidupan yang layak. artinya setiap warga negara berhak untuk bekerja dimanapun dan kapanpun ia menghendaki.Aku juga belum tahu kenapa ada yayasan yang khawatir jika gurunya mendaftar PNS atau mengajar di tempat lain. Kita manut dulu saja Ban. Kita lihat perkembangannya nanti" tegas Koncer diplomatis

"Ya, semoga saja Kon. Kita lihat nanti apakah gajinya sesuai dengan tuntutannya atau tidak"

"Lha...mulai kehilangan visi misi utama nih. Dasar Tasban!!"

"hahahahahaha...." Perbincangan itu diakhiri dengan gelak tawa mereka berdua.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Wawancara Kerja

Lobi itu dipenuhi oleh sekitar 20 orang. Di tangan mereka terdapat map berwarna merah. Salah satu diantara mereka masuk ke dalam sebuah ruangan setelah seorang pria berkumis tebal berambut ikal memanggil nama yang disebut. Suasana apalagi yang lebih tepat menggambarkan situasi seperti ini kecuali suasana lobi yang dipenuhi oleh para pelamar kerja. Di sana duduk Tasban didampingi oleh Koncer. Tasban sudah madep manteb memutuskan untuk menjadi guru. Peristiwa pohon apel ternyata membawa pencerahan baginya untuk melangkah. Hari itu Tasban dan Koncer mendapatkan panggilan kedua setelah berkas lamaran mereka diterima secara administrasi. Kala itu ia dan Koncer sedang dinner di sebuah warung nasi kucingan, tempat mangkal mereka tiap malam. Iseng-iseng Tasban membaca tulisan di bunhgkus tersebut, rupa-rupanya memuat tentang iklan lowongan kerja mengajar di sebuah sekolah dasar. Dengan tekad dan keberanian yang mendalam cetar membahana Tasban memberanikan diri mangajukan lamaran. Sebagai seorang mahasiswa terbaik ia yakin bahwa tak ada instansi yang akan menolaknya. Hingga hari ini ia harus menghadapi tes seleksi wawancara sebagai tahap kedua penerimaan guru di salah satu sekolah swasta di kota Semarang


"Tasban!" Kata pria berkumis tebal memanggil Tasban. Tasban bangkit lalu melangkah dengan kepercayaan diri tingkat tinggi.

"Tok...tok...! Assalamu'alaikum"Ketok Tasban di depan pintu ruang wawancara.

"Wa'alaikumsalam. Silakan masuk Pak"Jawab suara dari dalam. Pintu terbuka, dihadapan Tasban terlihat tiga orang yang duduk di belakang meja. Bagian tengah dihuni oleh seorang perempuan berparas cantik, berkacamata tetapi tak tampak sedikitpun senyum di wajahnya. Pria berkumis tebal yang memanggil para calon guru duduk di samping kirinya. Pria dengan peci hitam di samping satunya lagi mempersilakan Tasban duduk di depan kursinya.

"Silakan duduk di sini pak" Kata pria itu.

"Langsung saja Pak Tasban. Pertanyaan kami hanya satu. Apa motivasi Anda kerja di sini?" Tanya Pria berpeci hitam.

"Motivasi saya bekerja tentu saja mencari uang untuk penghidupan sehari-hari pak" Jawab Tasban

"Berarti Anda ke sini hanya untuk uang?" Tanya Pria tersebut

"Lha, saya harus menjwab bagaimana Pak. Jika saya menjawab untuk mencari pengalaman, tentu Bapak akan mengejar dengan pertanyaan berarti saya tidak digaji pun mau. Pada umumnya orang bekerja khan untuk mencari uang bukan? Ya saya hanya mencoba jujur saja dengan realitas yang ada"Terang Tasban

"Jadi hanya semata-mata uang saja motivasi Anda bekerja sebagai guru di sini?"

"Ooo...lain Pak. Kalau motivasi saya sebagai guru beda. Guru adalah karir, bekerja di sini adalah pekerjaan. Sebagai guru tentu saja visi saya untuk akhirat Pak. Tapi saya yakin kok jika sebagai manusia yang bekerja di sini yayasan pasti tidak menutup mata dengan gaji kami sebagai karyawan yayasan"

"Baiklah, terimakasih. Saudara telah menyempatkan waktu melakukan seleksi tahap 2 ini.Tunggu kabar dari kami untuk hasil wawancara ini" Kata pria berpeci menutup wawancara.
Tasban berjalan keluar menuju pintu.

"Dugg...aduh..."Suara Koncer mengaduh. Rupanya Koncer sedari tadi mencuri dengar wawancara Tasban.

"Benar katamu Ban, orang bekerja itu ya untuk mendapatkan upah dari keringat yang telah ia keluarkan bukan. Gaji atau uang adalah konsekwensi logis dalam pemenuhan kewajiban yang sudah ditetapkan oleh Yayasan"Kata Koncer sambil memegang jidatnya yang terbentur pintu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Update Statusmu

Tasban masih belum mantap memutuskan karirnya setelah wisuda.Siang itu saat terik matahari menyengat di kepala, Tasban leyeh-leyeh* di bawah pohon apel depan kost-kost annya. Ia berharap dapat menemukan ide dan inspirasi seperti yang dilakukan oleh Newton di bawah pohon apel saat menemukan tentang hukum gaya. Angin semilir yang berhembus sejuk terasa di kulit Tasban yang tampak legam. Tanpa ia sadari dari pucuk pohon meluncur deras sebuah apel jatuh tepat mengenai kepalanya. Tasban terkejut bukan kepalang. sejenak ia pejamkan mata menahan sakit kepala karena tertimpa buah tersebut.
Pelan-pelan Tasban membuka matanya.Tampak samar-samar sinar terang dari kejauhan datang mendekat kepadanya. Aneh, siang begini ada sinar yang sangat terang sedangkan matahari begitu jelas sinarnya. Rupa-rupanya sinar terang itu dari pantulan sorban putih seseorang. Entah putihnya karena sorban itu masih baru ataukah karena kehebatan deterjen pemutih sebagaimana dalam iklan.

"Assalamu'alaikum, bagaimana kepalamu Nak? Sakit?" Tanya sosok tersebut.

"Wa'alaikumsalam. Wuih...Kon...Koncer temanku yang moncer. Sejak kapan kamu suka pakai sorban seperti itu?" Jawab Tasban terperangah melihat sosok Koncer karibnya dengan sorban putih.

"Maaf, Nak. Namaku bukan Koncer tetapi Asmar. Orang-orang biasa memanggilku Kyai Asmar. Mungkin wajahku sama dengan sahabatmu Koncer, tetapi itulah rahasia Illahi." Jawab sosok bersorban putih yang mengaku sebagai Kyai Asmar

"Kenapa kamu ada di bawah pohon Apel ini Nak, sedangkan hukum gaya sudah ditemukan oleh Newton?"lanjut Kyai Asmar

"Iya Kyai, saya bingung memilih jalan hidup saya setelah wisuda. Saya belum menemukan kenapa saya harus menjadi seorang guru. Masak sih, saya menjadi guru hanya karena sumpah wisuda saya saja"Terang Tasban

"Kenapa bingung Nak? update statusmu sekarang. Bergembiralah karena kamu memilih jalan hidup sebagai seorang guru"

"Lho kenapa Kyai?"

"Ketahuilah, ada tiga amalan yang akan terus mengalir pahalanya. Yakni Amal Jariyah, Anak yang sholeh dan ilmu yang bermanfaat. Menjadi guru berarti kita menjadi bagian dari menanamkan ilmu yang bermanfaat. Maka ketika ilmu yang kita berikan itu dapat membawa manfaat bagi murid-muird di kemudian hari maka di sanalah kita tunggu menuai dan menanti janji Allah dengan surga untuk kita."

"Lantas apa maksud kyai menyuruhku update status?"

"Yap. Janji Allah kepada manusia adalah akan meninggikan beberapa derjat bagi orang yang berilmu. Maka dengan mengajarkan ilmu kepada orang lain berarti kita sama saja dengan mengasah ilmu kita terus menerus bukan? Rasulullah juga pernah bersabda bahwa Sesungguhnya Allah, malaikat, penduduk langit dan bumi menghormati kepada orang yang mengajarkan kebaikan orang lain. Jadi bergembiralah Nak. Menjadi guru bukan hal yang tabu tetapi sebuah pilihan hidup yang tepat sebagai salah satu jalan untuk mendapatkan bekal kehidupan di akhirat kelak"

"Baik Kyai, terimakasih atas wejangannya. Tetapi bener khan Kyai ini bukan Koncer?"

"Daripada kamu memikirkan siapa aku lebih baik pikirkan apa yang aku katakan. Kebanyakan manusia lebih memperhatikan kepada siapa yang mengatakan bukan apa yang dikatakan. Tak heran jika kebodohan merajalela karena tertutup oleh mata hati yang buta. Lihat dengan mata hatimu bukan dari apa yang tampak oleh mata indramu"

"Baik Kyai"

"Nah, ngomong-ngomong. Hati-hati jika kamu di bawah pohon apel ini"

"Kenapa Kyai?Apak....ouchh..." Belum tuntas Tasban menyelesaikan pertanyaannya sebuah apel jatuh lagi meluncur deras mengenai kepala Tasban. Mata Tasban terpejam menahan pedih yang kedua kalinya tertimpa buah apel.

"Tas...Tasban..kamu tidak apa-apa?"Kata Koncer yang sedari tadi berada di atas pohon Apel.

"Sorry ya Mas Bro, aku tadi menjatuhkan buah apel yang kupetik di atas pohon ini" Lanjut Koncer

"Sora-sori...yo wis. Tak maafkan asalkan kamu bagi apelnya untukku satu" Kata Tasban

"Ok deh". Mereka berdua menikmati apel tersebut di bawah pohon sambil bercakap-cakap.

"Jadi kamu tadi melihat Kyai Asmar di sini dong kalau sedari tadi kamu di atas pohon ini"

"Kyai Asmar??!! Siapa Ban? Ngaco kamu. Lha wong dari tadi aku lihat kamu pingsan karena tertimpa buah apel kok. Aku panggil-panggil dari atas pohon kamu tetap diam saja. Aku lempar 3 buah apel untuk membangunkanmu tidak kena. Baru apel yang keempat inilah yang akhirnya dapat membangunkanmu" Jelas Koncer

"Lha, berarti tadi itu aku mimpi tho?"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Visi Misi Calon Guru

Tasban masih dibalut dengan perasaan tentang visi misi yang disampaikan sahabatnya Koncer beberapa hari yang lalu. Kenapa ia harus memikirkan visi dan misi? Apa pula pentingnya visi misi? Apa itu visi misi dan bla...bla...bla... sejumlah pertanyaan terus saja menggelayut diantara sela-sela neuron sel-sel otaknya.
Seperti adat dan kebiasaan jurusan, selalu saja ada pesta kecil-kecilan untuk perpisahan selepas wisuda. Tasban, Koncer dan teman-teman satu jurusan diangkatannya yang lulus bersama pun mengadakan pesta tersebut. Di sana mereka berkumpul dan bercakap yang mungkin menjadi pertemuan terakhir sebelum masing-masing beranjak menentukan nasibnya sendiri di medan laga kehidupan.
"Sur, Surtini" Sapa Tasban kepada Surtini cewek satu angkatannya yang dulu pernah ia terima cintanya tetapi akhirnya kandas karena Surtini menolak.
"Ada apa Ban, mau nembak aku lagi? Sudah aku katakan seribu kali dan sekarang aku tambah satu kali jadi total seribu satu kali jika aku nggak sudi kamu tembak" Jawab Surti ketus.
"Sik...sik...ngko ndisik tho Sur, kamu jangan berprasangka buruk seperti itu. Aku hanya mau tanya sama kamu masalah yang lain kok"
"Gini Sur, kamu setelah ini rencanya mau kemana? Maksudku kamu mau nglamar kerja dimana?"Lanjut Tasban
"Idealnya tuh kita lulusan jurusan kependidikan ya ngajar tho, Ban. Kamu tahu khan kalau aku itu suka yang ideal"Jawab Surtini
"Oooo...begitu"Kata Tasban sambil melengos pergi karena suasana sudah tidak kondusif untuk melanjutkan tanya jawab dengan Surtini
"Baiklah teman-teman, kini tiba saatnya kita dengarkan sambutan lulusan terbaik sekaligus komting kita....Taaasssssbaaaannnnn!" Seru eMsi acara dilanjutkan dengan suara gemuruh tepuk tangan dari para wisudawan dan juga sorak huuu...dibarisan belakang, siapa lagi kalau bukan gerombolannya Tasban cs.
Tasban berdiri dan berjalan menuju meja terdepan di gazebo pemancingan yang dipesan oleh jurusan.
"Teman-teman sebagai lulusan kependidikan kita harus punya visi dan misi. Menurut seseorang yang saya kenal baik jiwa dan raga bahwa idealnya kita itu harus jadi guru. Jadi apa visi dan misi kalian nanti saat menjadi guru? Kenapa kalian memilih profesi sebagai guru haru kita pikirkan dan jawab sekarang!Kata Tasban berapi-api sambil menunjuk satu persatu kawan-kawannya untuk menjawab pertanyaannya.
"Banyak peluang PNS"
"Bisa dapat tunjangan sertifikasi"
"Banyak liburnya"
"He-e bener, bisa ikut libur bareng murid"
"Kerjanya santai, nggak perlu ngotot"
"Terpaksa, nggak ada kerjaan lain"
"Sudah takdir"
Tasban hanya geleng-geleng kepala sambil menepuk jidat klimisnya mendengar jawaban teman-temannya.
"kluk..kluk...kluk...kluk" Suara SMS dari HP Tasban berbunyi. Tasban membuka pesan singkat tersebut sementara kawan-kawannya masih saja menyebutkan alasan dan visi misi serupa dengan lainnya.

Yah, begitulah Ban. Alasan kebanyakan anak muda sekarang jadi guru.Kecuali aku...hehehe...
2003/10/15  11:00
Dari:
Koncer Moncer 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tasban Wisuda

Hari ini Tasban wisuda sebagai tanda bahwa sudah 3,5 tahun masa yang dilewatinya sebagai mahasiswa perguruan tinggi kependidikan usai. Tasban tak pernah mengira bahwa ia harus lulus mendahului teman-teman satu angkatannya. Sebagai mahasiswa yang aktif dengan kegiatan organisasi seharusnya dan sewajarnya ia lulus lebih dari 4 tahun, itu kata para seniornya dulu tetapi tak demikian dengan Tasban. Ia berpikir memang mengasyikkan terlibat aktif sebagai aktifis mahasiswa, dinamikanya membuat kangen untuk terus berdiam di kampus. Mengingat orangtuanya menghendaki Tasban lulus tepat waktu, ia pun harus pintar-pintar mengatur diri. Singkat kata ia kini dinyatakan lulus sebagai wisudawan terbaik di angkatannya.

Senang dan gembira hati Tasban mengetahui predikat wisudawan terbaik yang disandangnya. Tak heran ketika mengucap sumpah wisuda, semangatnya begitu menggelora dan berapi-api laksana pejuang yang siap berangkat ke medan perang. Sumpah yang diucapkannya sebagai wisudawan bidang kependidikan adalah janji untuk senantiasa mendidik putra-putri bangsa agar menjadi generasi unggul yang berkarakter dan dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa.

Acara yang berdurasi 60 menit dipotong dengan iklan sambutan dari rektor itu pun usai. Tasban disambut oleh orangtuanya. Adik-adik kelasnya datang berduyun-duyun memberikan ucapan selamat.
"Wah, selamat ya Kakak! Rencana mau kemana setelah ini?" tanya adik kelasnya
"Nah, itulah masalahnya Dik, aku terlanjur ngomong sumpah segala untuk mendidik putra-putri bangsa. Jadi mau tak mau aku harus menjadi guru nih" Jawab Tasban
"Lha, tuh khan, katanya nggak mau jadi guru" Celetuk Ibunya dari belakang. " Ingat nggak dulu kamu antipati untuk menjadi guru", lanjut Ibunya

Tasban tak bisa berkutik, ia hanya bergeming. Acara yang seharusnya membuatnya gembira justru berlawanan dengan suasana hatinya. Mau jadi guru kok nasibnya nggak begitu amat, tetapi mau jika mau jadi  wartawan dan desainer kok ya udah kadung ngucapin sumpah? Ah...Galau..galau...

Koncer, teman satu angkatan yang sama-sama wisuda hari itu tahu ada yang tidak beres di hati Tasban.
"Ada apa Ban? Kulihat wajahmu begitu cembetrut kayak kertas kusam dilipat-lipat. Jujur saja nggak enak tuh dipandang mata. Nggilani kalau ditonton!" Kata Koncer mendatangi Tasban
"Kurang asem! pikiran lagi galau gini kamu bilang kayak kertas kusam. Bungkus kacang iya!" Jawab Tasban.
"Gini lho Kon, aku itu lagi galau. Mau melanjutkan cita-citaku dulu waktu SMA kok ya kadung (bc: terlanjur ) ngomong sumpah wisudawan. Bingung tho aku!"Lanjut Tasban
"Lho, emangnya kamu selama ini kuliah ngapain?"
"Ya, sekadar menyenangkan orangtua saja"
"Wah-wah. Berat...berat nih. Jika semua generasi seperti kamu bisa hancur bangsa ini. Apa kamu nggak punya Visi dan Misi selama menjadi mahasiswa?
"Ya, Visi Misi ku itu ...itu tadi Kon!"
"Ban, Kalau boleh usul nih dan jika kamu mengijinkan aku usul maka aku akan mengusulkan kepada kamu apa yang ingin aku usulkan"
"Kon..Kon...sebenarnya kamu mau ngomong apa sih? kok yo mbulet aja kayak ulet!"
"Intinya boleh khan aku usul...? Ya...kalau kamu mau....me.."
"Udah-udah, tak ijinkan. Mo ngomong apa?"
"Yang berlalu ya sudah. Kini saatnya kita perbaiki langkah kita ke depan. Hidup itu harus punya visi dan misi! Visi dan Misi itulah tujuan kita dalam menjalani kehidupan agar lebih berarti. Nah, sekarang biar nggak galau...nggak ada salahnya khan kita jadi guru. Tokh menurut prediksi Mbah Googel nasib guru tahun-tahun yang akan datang itu dijamin lho sama pemerintah. Kita ikhtiar saja sesuai dengan Visi dan Misi kita"
"Berarti aku harus punya Visi dan Misi ya Kon? Kayak Perusahaan saja"
"Lho, lha iya tho. Perusahaan yang punya Visi dan Misi pasti jelas arahnya menjalankan roda perekonomian. Pun dengan kita"
"Yo wis, kalau gitu aku tak merenung dulu untuk mennetukan Visi dan Misi ku ke depan selepas lulus ini"
"Lho, nggak usah merenung, jadikan saja sumpah wisudamu itu sebagai visi dan misi pertama sebagai guru. Kelamaan malah jadi basi lho....OK Mas Bro? Hahahahaha..."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS